Alur kerja pada Unit Perawatan Intensif (ICU) cukup rumit, meliputi pendaftaran masuk/keluar, rutinitas perawatan sehari-hari, gawat darurat dan kejadian tak terduga, di samping memberikan perawatan akhir hidup. Jumlah obat-obatan, pindaian, perawatan dan pengujian yang diberikan atau dilakukan untuk pasien memberi beban besar pada pasien dan keluarganya. Alur kerja rumit ini membutuhkan upaya besar dari seluruh tim medis yang terlibat. Diperkirakan ada 178 proses yang dilakukan di sebuah ICU setiap harinya, dengan 1,7 di antaranya mengalami kesalahan.1 Bagi tim yang terlibat, pengambilan keputusan merupakan sebuah proses yang rumit tetapi harus dilakukan dengan cepat. Hal ini masih dipersulit lagi dengan banyaknya data yang berasal dari berbagai peralatan berbeda, rekam medis dan sumber-sumber data lainnya.
Digitalisasi layanan kesehatan, terutama di rumah sakit yang merawat pasien gawat darurat dan paska operasi, merupakan kebutuhan yang mendesak sejalan dengan upaya rumah sakit dalam memenuhi peningkatan permintaan layanan kesehatan tanpa mengorbankan kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Di Indonesia pun demikian. Perawatan akut paling banyak diasosiasikan dengan jumlah kesalahan medis tertinggi. Hampir semua pasien ICU berpotensi terancam keselamatan jiwanya selama masa perawatan mencapai 78% akibat kesalahan medis yang serius.2 Pengambilan keputusan dan diagnosis juga lebih sulit dalam perawatan kritis karena kerentanan pasien yang dapat memiliki komorbiditas dan kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
Kami senang menandai perkembangan signifikan dalam digitalisasi pengobatan pasien di Indonesia bersama Rumah Sakit Kasih Ibu di Bali. Dengan solusi IntelliSpace Critical Care and Anesthesia (ICCA) dan IntelliVue Guardian Software (IGS) milik Philips, kami memadukan sistem pemantauan pasien dengan teknologi terhubung untuk memberi konsistensi dalam perawatan pasien, transisi pasien yang mulus dan hasil yang lebih baik. Kami berkomitmen untuk membantu rumah sakit di seluruh Indonesia menerapkan teknologi connected care sebagai upaya membantu pasien dan tenaga medis
Pim Preesman
Presiden Direktur Philips Indonesia
Patient Deterioration Solution milik Philips terdiri dari sebuah perangkat terintegrasi dengan sensor pengenal pasien, dilengkapi perangkat lunak dan layanan profesional. Solusi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan ini terhubung dengan EMR (electronic medical record/ rekam medis elektronik) untuk membantu rumah sakit meningkatkan efisiensi organisasi dan investasi infrastruktur.
Solusi milik Philips bertujuan untuk memungkinkan perawat dapat lebih cepat mengidentifikasi dan memberikan respons proaktif secara efisien kepada pasien yang kondisinya memburuk di bangsal rumah sakit. Hal ini membantu mengurangi risiko tidak terdeteksinya tanda-tanda penurunan kondisi fisik pasien, menigkatkan perawatan dan efisiensi manajemen pasien, serta alur kerja klinis.
Dengan memanfaatkan algoritma pintar dan analitik untuk memprediksi tren, solusi Philips (termasuk IntelliVue Guardian Software/IGS) membantu dokter memprediksi penurunan kondisi fisik pasien, memberitahu perawat dan memungkinkan intervensi medis tepat waktu dalam memprioritaskan perawatan pasien. Lebih dari 275 juta pasien dimonitor menggunakan perangkat pemantau pasien Philips setiap tahun.
Tanda-tanda vital yang tidak normal maupun indikasi lain dari ketidakstabilan kondisi pasien biasanya terjadi 8 hingga 12 jam sebelum kondisi berubah kritis.1 Penggunaan teknologi IntelliVue Guardian Software (IGS) Philips, sistem peringatan awal atau early warning scoring system (EWS) dan sistem alur kerja klinis dari Philips memungkinkan dokter menerima informasi untuk membantu mengidentifikasi tanda peringatan yang samar pada penurunan kondisi fisik pasien sehingga dapat dilakukan intervensi medis dengan tepat waktu.
1 Donchin, Y. et al. A look into the nature and causes of human errors in the intensive care unit. BMJ Qual. Saf. 12, 143–147 (2003).
2 Rothschild, J. M. et al. The Critical Care Safety Study: The incidence and nature of adverse events and serious medical errors in intensive care. Crit. Care Med. 33, 1694–1700 (2005).
3 http://www.euro.who.int/en/health-topics/Health-systems/patient-safety/data-and-statistics
Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA) merupakan perusahaan teknologi kesehatan terkemuka yang berfokus pada peningkatan kesehatan masyarakat dan memungkinkan hasil yang lebih baik di sepanjang rangkaian layanan kesehatan, mulai dari gaya hidup sehat dan pencegahan, diagnosis, pengobatan hingga perawatan di rumah. Philips memanfaatkan teknologi canggih serta pemahaman mendalam secara klinis maupun mengenai konsumen untuk memberikan solusi yang terintegrasi. Perusahaan yang bermarkas besar di Belanda ini adalah pemimpin dalam pencitraan diagnostik, terapi dipandu citra, pemantauan pasien dan informatika kesehatan, serta kesehatan konsumen dan perawatan di rumah. Pada 2018, Philips mencapai penjualan sebesar EUR 18,1 miliar dan mempekerjakan sekitar 78.000 karyawan dengan penjualan dan layanan pada lebih dari 100 negara. Berita tentang Philips dapat ditemukan di www.philips.com/newscenter.