Jakarta - Philips Indonesia sebagai bagian dari Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA), pemimpin dalam teknologi kesehatan, memperingati Hari Jantung Sedunia dengan menyelenggarakan sesi pelatihan Resusitasi Jantung Paru (CPR) dan AED. Sesi pertama telah diadakan untuk karyawan Philips pada bulan Agustus lalu. Hari ini, sesi pelatihan di XXI Club, Djakarta Theater, diberikan kepada 40 peserta yang terdiri dari Kementerian Kesehatan, Yayasan Jantung Indonesia, wartawan atau perwakilan kantor media dan blogger dalam upaya menyebarkan kesadaran tentang CPR bagi masyarakat yang lebih luas.
Sebagai bagian dari sesi pelatihan, Philips Indonesia mengadakan forum diskusi yang menghadirkan dokter spesialis jantung, dr. Jetty R. H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA, FACC yang juga menjabat sebagai Sekjen PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), dr. Erizon Safari, MKK, Kepala Unit Ambulans Gawat Darurat (AGD) dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo, untuk membahas pentingnya meningkatkan kesadaran mengenai CPR di kalangan masyarakat umum. Henti Jantung Mendadak (Sudden Cardiac Arrest/SCA) yang terkait dengan banyak kematian di Indonesia, merupakan “silent killer” karena bisa datang kapan saja dan dimana saja. Pertolongan pertama yang cepat, khususnya penggunaan teknik CPR, merupakan faktor penting dalam meningkatkan peluang untuk bertahan hidup dan pemulihan. Philips berharap bahwa sesi pelatihan ini dapat mempersiapkan siapa saja untuk membantu korban henti jantung mendadak, kapan saja dan di mana saja.
Kementerian Kesehatan pada tahun 20141 memperkirakan bahwa ada 10.000 orang per tahun - atau 30 orang per hari - yang mengalami henti jantung mendadak. Data yang sama juga menunjukkan bahwa frekuensi SCA akan meningkat seiring dengan peningkatan penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke, yang diperkirakan mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Sementara itu, dari data PERKI pada tahun 2016 menemukan bahwa angka kejadian henti jantung mendadak berkisar antara 300.000 - 350.000 insiden setiap tahunnya. Meskipun demikian, ada juga kecenderungan peningkatan peluang hidup ketika ada lebih banyak orang yang berada di lokasi kejadian (bystander) melakukan pertolongan pertama dengan CPR.